Sabtu, Februari 27, 2010

SURAT UNTUK NOVEL






SURAT UNTUK NOVEL

Sekarang Novel sudah berusia lima bulan. Banyak hal yang seharusnya ayah ceritakan sejak kau dalam kandungan, tetapi ayah alpa. Terlalu sibuk dengan segala kegiatan—jualan, menulis, momong, mengajakmu jalan-jalan sementara ibu mencuci—dan ketika melihat fotomu, ayah tersadar, kelak bagaimana ayah akan bercerita tentang hari-hari awalmu di bumi tercinta ini?

Sekarang ayah ingin bercerita. Ini tanggal 27-02-2010. Jam tujuh pagi, setelah sarapan. Seperti biasa kamu senang ikut membeli sarapan dan bertemu orang-orang. Kamu tidak takut pada orang-orang. Kamu senang bercanda dengan orang asing sekalipun. Tapi kamu mulai bisa mengenali ekspresi. Kadang kamu tidak mau diajak, karena kamu merasa orang itu sedang tidak nyaman dengan dirinya sendiri. Ah, begitulah kondisi manusia, Novel. Kadang kita merasa sedang tidak nyaman, tapi mencoba menutupinya.

Kamu habis mandi. Dan ayah—setelah membantu ibu memandikanmu—menulis ini untukmu.

Ayah mencintai ibu

Ini bab sebelum kamu lahir. Ayah sangat berharap segera mempunyai anak. Dan Allah mengabulkan harapan ayah. Ibumu mengandung segera setelah pernikahan kami. Dan ayah segera menyiapkan segalanya untuk menyambutmu. Ayah dan ibu mencari banyak informasi—buku-buku, internet, nasihat orang-orang—tentang kehamilan.

Ayah ingin menjadi ‘ayah siaga’. Mengantar ibu ke bidan untuk periksa. Berdiskusi dengan ibu tentang kahamilan dan suasana hatinya. Ayah sangat sayang sama ibu. Juga sangat sayang sama kamu. Setiap ada perubahan sekecil apapun—bengkak alergi, batuk pilek, tubuh lesu—ayah mencari tahu kenapa. Syukurlah ayah punya teman-teman yang berpendidikan bidan—tante Fita, tante Siti Khuza, tante Erika. Mereka menjadi tempat ayah bertanya sehubungan dengan kehamilan ibu.

Sejak dalam kandungan, ketika kamu sudah bisa mendengar suara ayah, ayah selalu membisikkan kata cinta dan sayang ayah. Ayah selalu mengajakmu bicara. Ayah ingin kita mempunyai kedekatan bahkan sejak dalam kandungan. Dan sampai sekarang ayah selalu dekat denganmu. Ayah selalu berbicara padamu. Kita saling berbagi, meski kamu masih dengan bahasa yang belum bisa sepenuhnya ayah pahami. Kurasa kamu paham apa yang ayah bicarakan.

Permintaan ibu sebelum kamu lahir adalah, ayah menemaninya pada proses kelahiranmu. Dan itu ayah lakukan. Ketika hampir waktunya kamu keluar, ayah mengantar ibu ke rumah bersalin. Ayah tidak tahu apa yang harus ayah lakukan, tapi ayah tetap merengkuh bahu ibumu dan membisikkan kata-kata cinta ketika ibu meringis kesakitan.

Ayah menemani ibumu. Itu saat berkesan karena ayah menyaksikan bagaimana perjuangan ibumu melahirkanmu. Ayah bilang, ayah tidak akan meninggalkannya. Ayah akan selalu mencintainya. Dan kuingin kamu juga selalu mencintai ibumu.

Nanti ayah akan lanjutkan cerita ayah. Tapi sekarang kamu mengajak ayah jalan-jalan. Dan yah..., selalu menyenangkan berjalan-jalan bersamamu. Dan kita mengeskplorasi banyak hal.

Ayah menyayangimu,

Selasa, Februari 23, 2010

MANTRA UNTUKMU!


ASIBUKA! MANTRA RAHASIA

Alhamdulillah novel ini sudah terbit. Aku pingin memberikan bocoran tapi waktuku belum luang. Nikmati kovernya dulu ya, teman.